MENTRA – Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (Hamas) yang dipimpin oleh Ismail Haneyah, telah berhasil melangsungkan siklus intifada (pemberontakan) dan revolusi konfrontatif dalam pertempuran membebaskan tanah rakyat Palestina yang sampai dengan hari ini masih digenggam para pengkhianat yahudi sejak pasca perang Dunia I lewat deklarasi Balfour. Reaksi internasional terhadap serangan Hamas atas Israel sangat masif dan banyak pihak yang mengutuk tindakan Hamas.
Koordinator Pusat (Korpus) Brigade Pelajar Islam Indonesia (BPII), mengambil sikap tegas atas penjajahan yang dilakukan oleh Yahudi Israel terhadap saudara Palestina.
Kepala Staff (Ka Staff) Logistik, Korpus BPII, Ismail Shidqi, mengatakan, sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah tetes darah dan air mata dari keseluruhan korban jiwa dalam invasi Israel terhadap Palestina, sehingga mereka mempunyai alasan untuk mengeluh kemudian memilih melawan balik.
“Kekhawatiran saya adalah ketika hari ini kita merasakan elemen deja vu dan nightmare kepada situasi pasca perang teluk, dimana ummat muslim dunia pada saat itu tidak menyadari dan tidak lagi dapat menentang mana realitas, karena dalam beberapa dekade terakhir beberapa kota muslim telah dikuasai, negara muslim terpecah belah, diinvasi kekuatan asing baik dengan alasan jihad, geopolitik maupun ekonomi,” kata Shidqi kepada tim redaksi, Minggu (8/10/2023).
Selanjutnya mimik dan gestur para pemimpin Muslim dijadikan sebagai amunisi yang absah bagi para satiris media Barat yang ingin mencerca ummat muslim karena dengan angkuh, congkak, dan arogannya mereka dengan senang hati mengecam keras lawan – lawannya padahal mereka sendiri bersalah karena telah gagal memberi pakaian, suaka, dan makanan kaum miskin yang kian harinya seolah semakin terlupakan.
Shidqi menjelaskan, bahwa keseimbangan adalah hal yang esensial bagi Islam, sudah benar langkah yang diambil oleh kelompok Fatah (Harakat at-Tahrir al-Wathani al-Filasthini) atas peran dalam diplomasi internasional dan Hamas beserta Brigade al Qassam dalam gerakan konfrontasi mengangkat senjata.
“Sudah saatnya kita sebagai umat Islam Indonesia senantiasa menyerukan kepada umat Islam dunia untuk mengambil sikap dan menentukan keberpihakan dengan tegas bahwasanya penjajahan Israel atas Palestina harus segera dihentikan dan jangan lagi terpengaruh apalagi terpecah dengan pola operasi disintegrasi serta propaganda,” jelasnya.
Ka Staff Logistik, menambahkan, kalau tidak ada lagi ruang untuk merengek, sudah waktunya umat Islam dunia kembali bersatu dan menunjukan kebudayaannya sebagai karikatur sebuah peradaban.
“Saya menilai bahwa tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari negara negara arab pasca diadakannya Perjanjian Abraham yang dengan congkaknya mengkhianati perjuangan umat muslim Palestina dengan mau menormalisasi dan bersekutu dengan para penjajah dalam kamuflase diplomasi,” tambahnya.
Ka Staff Logistik, Korpus BPII, melanjutkan, Indonesia adalah satu negara yang memiliki kemampuan dan kapasitas dalam memimpin resolusi antara Palestina dengan Israel.
“Satu – satunya resolusi untuk menyelesaikan konflik Palestina – Israel adalah melalui Arbitrase Internasional karena two state solution merupakan bentuk kompromi terhadap penjajahan,” tutupnya.