Oleh : Melisa
Fenomena yang terjadi saat krisis moneter pada tahun 1998 yang menyebabkan pelaku gerakan mahasiswa dari kalangan intern kampus mulai menonjol.
Dalam Jurnal penelitian Aprilia et al., berakhirnya pemerintahan presiden Soeharto tahun 1998 (2014), faktor penggeraknya adalah keresahan masyarakat akibat melangitnya harga-harga sembako sejak juli 1997 dan ancaman putus kuliah serta masa depan yang suram di kalangan mayoritas mahasiswa.
Sehingga gelombang unjuk rasa yang menuntut refomasi dari mahasiswa membuat tuntutan agar MPR tidak mempertahankan Seoharto yang menjadi presiden lagi dan meminta agar BJ habibie yang dinaikkan menjadi presiden. Sehingga sejarah mencatat pada 21 Mei 1998 Presiden kedua Republik Indonesia yaitu Soeharto yang telah memimpin 32 tahun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
Faktor Penyebab Lainnya
Saat Soeharto lebih memilih CBS adalah jalan terbaik untuk Indoneisa akan diprediksi berhasil dan menolak IMF yang ditawarkan Bill Clinton untuk membantu ekonomi Indonesia. Soerharto di jegal Bill Clinton untuk menelan resep ekonomi IMF untuk keberhasilan Indonesia saat itu. Sehingga Hanke mengatakan secara terang-terangan bahwa AS lewat IMF tersebut ingin Soeharto lengser.
Mengutip buku Rosidi Rizkiandi, Pernyataan serupa juga diikuti tokoh politik dan ekonomi dunia. Merton Miller peraih nobel ekonomi menyebutkan bahwa penolakan tersebut adalah bentuk ketakutan pemerintah AS karena kalau CBS berhasil dilakukan Soeharto akan tetap berkuasa.
Lalu, PM Australia Paul Keating dengan tegas juga menyebutkan AS tampak dengan sengaja menggunakan ambruknya ekonomi sebagai alat untuk menggusur Soeharto. Selain itu juga, pada buku Tansitions to Democracy: A Comparative Perspective (2013), Camdessus sendiri pernah mengakui bahwa IMF secara tidak langsung berperan dalam menciptakan kalutnya situasi politik Indonesia yang berdampak pada lengsernya Soeharto.
Dikutip dari merdeka.com dari kaca mata Mahathir Mohamad Perdana Mentri Malaysia dalam Buku “Pak Harto The Untold Stories”, Soeharto sengaja dijatuhkan pada tahun 1998. Dia mengaku tahu hal itu karena krisis yang sama juga melanda Malaysia.
“Tekanan Pak Harto amat berat pada saat terjadi krisis mata uang di tahun 1998. Pak Harto mengatakan dirinya tidak dapat tidur,” ujar Mahathir lagi. Saat itu, krisis ekonomi memang melanda Asia Tenggara. Mata uang Malaysia juga jatuh dari RM 2,5 per dolar menjadi RM 5, sedangkan rupiah dari Rp 2500 per dolar menjadi Rp 16 ribu.
Hal itu yang membuat Indonesia sangat miskin saat itu. Saat itu semua orang menyalahkan Soeharto, padahal semua negara mengalami krisis yang sama.
“Saya berkesimpulan bahwa badai perekonomian yang melanda Asia Tenggara pada tahun 1998 itu memang dirancang untuk menjatuhkan pemerintahan Pak Harto,” tulis Mahathir lagi di halaman 30. Politisi senior Malaysia ini pun menyayangkan banyak tokoh yang menyalahkan Soeharto soal krisis 1998. Menurutnya, Soeharto justru memiliki peran penting di ASEAN.
Analisa
Bentuk pelengseran Presiden Soeharto, kerusuhan 1998 ditunggangi oleh konspirasi dengan berbagai kepentingan politik. Menurut beberapa tokoh, lengsernya rezim pemerintahan Presiden Soeharto merupakan kepentingan asing untuk menguasai perekonomian di Asia Tenggara.
Selain itu oknum dalam pemerintahan yang menginginkan jabatan karena merasa terhenti di zaman Soeharto juga ikut bermain peran. Langkah mereka dengan menggembosi mahasiswa, rakyat, dan beberapa pejabat untuk reformasi.
Eksplorasi konten lain dari Mentra
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.