MENTRA, Jakarta – Muktamar KBPII VII antara lain juga diisi dialog dengan beberapa pakar yang juga merupakan alumni PII. Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria, mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier dan Wakil Sekjen PB NU, Najib Azca hadir pada sesi pagi hari kedua, Sabtu (14/9/2024).
Dalam dialog yang berlangsung di Puri Agung Grand Sahid Hotel, Arif Satria mengingatkan dunia saat ini berubah sangat cepat. Sehingga untuk mengimbanginya masyarakat harus terus belajar.
“Lima sampai sepuluh tahun lalu sebuah temuan teknologi bisa bertahan 25-50 tahun. Sekarang temuan baru paling lama bertahan 5-10 tahun saja,” Arif Satria di depan peserta Muktamar VII KBPII.
“Kita merasakan sekarang tiba-tiba tidak ada yang baca media cetak tapi beralih ke media online,” lanjut Arif.
Untuk itu, Arif mengingatkan agar tidak tergilas zaman masyarakat terutama generasi muda harus mau terus belajar mengikuti perkembangan pengetahuan.
“Bukan hanya ilmu pengetahuan yang harus ditingkatkan, skill penguasaan terhadap teknologi baru juga harus dikembangkan,” tutur Arif.
Ketua Umum ICMI Pusat itu inginkan pendidikan tinggi di tanah air juga harus berani melakukan terobosan untuk mengikuti perubahan teknologi. Dicontohkannya China, Korsel, dan Singapura yang ranking perguruan tingginya melesat di Asia karena berani melakukan terobosan-terobosan untuk mengikuti disrupsi teknologi digital.
“Korsel, Singapura dan China itu pendidikannya sudah berorientasi masa depan, sudah seperti di AS,” terang Arif.
Sementara mantan Menkeu Fuad Bawazier, mengingatkan masyarakat untuk menghilangkan ketergantungan terhadap produk-produk impor, khususnya impor pangan.
Fuad Bawazier memberi contoh impor gandum yang jumlahnya terus bertambah dari tahun ke tahun sehingga menimbulkan ketergantungan.
“Dulu kita pernah coba stop impor gandum ternyata tidak bisa. Sekarang pasti lebih sulit,” terang Fuad seraya menyebut bahwa impor itu hanya menguntungkan segintir importer.
Adapun Wakil Sekjen PB NU, Najib Azca mengingatkan kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah stabilitas.
“Kunci untuk transformasi besar adalah stabilitas, meski ini tidak tampak heroik,” ungkap Najib Azca.
Menurut Najib Azca, Korea Selatan dan China tidak akan berkembang sepesat sekarang jika tidak didukung stabilitas.
Karena itu stabilitas dalam proses transisi dari pemerintahan Jokowi ke Prabowo juga penting untuk dijaga,” kata Najib.