Oleh : Maulana Julandane Galoja
Terdapat banyak sekali hambatan sebelum saya menerima beasiswa pemimpin muda. Terutama keterbatasan finansial yang menghalangi ruang lingkup kebebasan bergerak sebagai aktivis mahasiswa. Saya dari keluarga menengah kebawah yang tentunya untuk memenuhi kebutuhan primer saja sulit, sampai pada akhirnya saya berfikir bahwa kuliah adalah kebutuhan tersier dan tak wajib.
Namun ketika bergelut dalam dunia organisasi, serta mengemban amanah tugas suci yakni sebagai agen perubahan, organisasi merubah cara berfikir saya melihat kuliah. Bukan lagi sebagai gaya hidup, kuliah adalah sebuah kebutuhan. Kuliah menjadi sebagai wahana rekontruksi pola fikir yang keliru dan kuliah merupakan kebutuhan primer, bukan lagi tersier.
Saya aktif dalam 2 organisasi masyarakat, yaitu Pelajar Islam Indonesia dan Dewan Masjid Indonesia. Sebagai Kepala staf Kaderisasi Pengurus Wilayah (PW) PII Kaltim, diwajibkan untuk menghadirkan formulasi konsep yang akan digunakan dalam pengkaderan nantinya. Maka sebelum agenda pengkaderan dilaksanakan PW PII Kaltim melaksanakan agenda Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) yang dilaksanakan pada 29 – 31 Maret 2024, untuk menyatukan persepsi terkait formulasi pengkaderan.
Lalu masuklah dalam agenda pengkaderan yang dibagi menjadi 3, yaitu Training, Ta’lim dan Kursus. Training PII dilaksanakan pada 22 Juni – 14 Juli 2024 di kota Samarinda dan Balikpapan. Kemudian di sambut dengan kursus dan ta’lim di tanggal 15 – 31 Juli 2024.
Alhamdulilah dari beberapa rangkaian kegiatan yang terlaksana, menghasilkan kaderkader yang solutif dan analytical thinking dalam menghadapi problematika kontemporer. Degradasi akhlak, degradasi kualitas intektual, bullying, dll, merupakan problematika yang hadir dan masih melekat serta berjalan beriringan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pertanyaannya adalah siapa yang sepatutnya memperbaiki serta menjawab problematika ini? Presiden? Gubernur? Kepala sekolah? Kalau selalu menyalahkan pemerintah ataupun saling menyalahkan, tidak akan ada hujungnya.
Sebagai generasi muda tugas kita bukan menjadi penonton melihat kehancuran ini. Akan tetapi kita juga memiliki kewajiban memberikan solusi atas masalah ini, sebab pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Melalui pembinaan yang ada dalam PII, tujuan saya adalah untuk mempersiapkan generasi muda demi tercapainya kesempurnaan pendidikan dan mewujudkan Indonesia Emas bukan lagi cemas.