Indonesia 2045: Keemasan atau Kecemasan?
Oleh : Andyka Rahman, Peserta LK2 HMI MPO Cabang Jakarta Selatan
Jakarta – Akhir-akhir ini wacana Indonesia emas 2045 sering digaungkan. Pada tahun 2045 Indonesia akan memasuki usia 100 tahun atau satu abad kemerdekaan Indonesia dan menjadi momentum emas bagi Indonesia untuk mewujudkan cita-cita Indonesia 2045.
Wacana Indonesia 2045 merupakan visi yang disusun oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas atas arahan Presiden Joko Widodo pada tahun 2016 sebagai langkah pemerintah dalam membangun Indonesia menghadapi tantangan besar dunia (global megatrend). Visi ini memuat gambaran ideal kondisi Indonesia dan peta jalan yang perlu dicapai Indonesia hingga tahun 2045.
Namun, visi Indonesia emas 2045 mulai terasa mengkhawatirkan ketika melihat kondisi generasi muda saat ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa kelompok usia produktif 15-24 tahun, atau Gen Z, mendominasi tingkat pengangguran di Indonesia. Data BPS per Agustus 2023 menunjukkan bahwa ada 9,9 juta penduduk berusia 15-24 tahun yang tidak memiliki kegiatan produktif. Tingginya tingkat pengangguran di kalangan Gen Z mengindikasikan adanya tantangan serius bagi generasi muda dalam memasuki dunia kerja.
Fakta saat ini, Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia menunjukan angka 171,17 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia 264,16 juta jiwa, dan disulawesi utara sendiri jumlah populasi yang menggunakan internet sebanyak 70% dari total populasi. Pengguna internet tertinggi berdasarkan usia 15-19 tahun sebesar 91%, perangkat yang digunakan untuk mengakses internet adalah 93,9% terhubung ke internet melalui smartphone/tablet, dan 54,13% pengguna internet di Indonesia memanfaatkan internet sebagai hiburan yaitu untuk bermain game Online.
Tingginya tingkat penggunaan game online di kalangan remaja ini dapat berdampak buruk terhadap proses perkembangan kognitif dan mental mereka. Remaja saat ini lebih banyak menggunakan waktu mereka untuk bermain game online daripada belajar dan meningkatkan skill mereka sehingga nantinya mereka tidak dapat bersaing dan sulit untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Kemudian fakta selanjutnya, Penelitian Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada 2007 menemukan, perilaku seks bebas bukan sesuatu yang aneh dalam kehidupan remaja Indonesia. Kementerian Kesehatan pada 2009 pernah merilis perilaku seks bebas remaja dari hasil penelitian di empat kota: Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya. Hasilnya, sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, 6,9 persen responden telah melakukan hubungan seksual pranikah. Fakta ini semakin membuat kita pesimis dan cemas terhadap kondisi generasi yang digadang-gadang akan menjadi generasi emas Indonesia 2045.
Dalam agama Islam, kunci dalam membangun peradaban yang maju adalah dengan mempersiapkan generasi muda yang unggul. Dalam proses menyiapkan generasi muda yang unggul, Islam mendidik dan menjaga kualitas generasi mudanya dengan membekali ilmu agama yang kokoh dan menjadikan pendidikan sebagai prioritas terbesar dalam proses perkembangannya. Khususnya kaum wanita, Islam sangat menjaga harakat dan martabat seorang wanita. Rahim yang suci akan melahirkan anak yang suci, wanita yang solehah akan melahirkan anak yang soleh dan solehah. Oleh karena itu, Islam sangat menjaga generasi mudanya dari kerusakan seperti pergaulan bebas khususnya seorang wanita karena nantinya para wanita inilah yang akan melahirkan generasi unggul dan sehat.
Sementara itu, di bidang literasi juga harus mendapat perhatian khusus dalam proses mebentuk pola pikir dan meningkatkan kualitas daya pikir generasi saat ini. Menurut UNESCO, Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca masih terbilang sangat rendah. Minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Padahal, Literasi menjadi sesuatu yang sangat penting bagi generasi muda saat ini. Literasi adalah kunci untuk mengakses pengetahuan dan informasi. Dengan meningkatkan minat literasi, para generasi muda dapat memperluas wawasan mereka, mengetahui informasi perkembangan zaman, melatih cara berpikir kritis dan tentunya meningkatkan kualitas diri sehingga lebih siap dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin berat.
Fakta diatas membuat kita kembali merenung apakah benar wacana Indonesia emas 2045 akan tercapai atau hanya akan berubah menjadi Indonesia cemas 2045. Jika masalah ini terus berlanjut tanpa adanya perhatian khusus, maka cita-cita Indonesia emas 2045 hanya akan berakhir menjadi Indonesia 2045 cemas.
Melihat kualitas generasi muda saat ini, harusnya menjadi perhatian penting bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk menyadari dan membenahi semua permasalahan yang sedang terjadi. Tidak hanya peran pemerintah, namun keluarga dan lingkungan masyarakat turut bertanggungjawab dalam mengatasi masalah ini. Kolaborasi yang baik antara semua pihak diharapkan dapat menjadi harapan besar bagi bangsa ini dalam menjaga dan meningkatkan kembali kualitas generasi muda yang sedang tidak baik-baik saja. Diperlukannya revolusi mental dan rekontruksi mindset yang masif dan visioner agar mampu mengangkat kembali kualitas generasi muda. Dengan membenahi mental dan mindset generasi muda menjadi lebih progresif dan produktif, maka akan mendorong semangat generasi muda dalam mengembangkan skill dan potensi mereka pada bidang masing-masing.
Salah satu upaya dalam menyelesaikan masalah yang dialami oleh generasi muda saat ini diantaranya mengajak dan mendukung generasi muda untuk bergabung dalam sebuah organisasi yang relevan saat ini. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) hadir dengan perkaderannya menjadi wadah bagi generasi muda dalam membentuk karakter, meningkatkan daya pikir kritis, dan menjadi insan ulil albab yang kelak diharapkan dapat turut berkontribusi dalam pengembangan masyarakat.
Masih banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan generasi ini dari kehancuran agar cita-cita besar bangsa di tahun 2045 akan tercapai. Oleh karena itu, mari bersama-sama menyelesaikan masalah ini demi terwujudnya cita-cita Indonesia emas 2045.
Eksplorasi konten lain dari Mentra
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.