Oleh : Bachtiar S. Malawat (Ketua Umum PD PII Ternate)
Ummat islam telah melakoni jalan dakwah perjuangan juah sebelum cetusan kemerdekaan itu benar-benar dipeluk oleh Indonesia. Silam, retusan doa ummat islam melangit untuk keinginan bersama sebagai insan yang benar-benar hidup sebagai manusia yang manusiawi.
Kalangan ummat islam telah merumuskan banyak hal sebagai kekuatan pendobrak baik secara gerakan sadar untuk generasi maupun upaya bebas dri penjajah. 1912 berdirinya organisasi islam Muhammadiyah yang dipolopori oleh KH. Ahmad Dahlan. Hal ini menjadi pemicu awal epestrum gerakan bersama ummat islam di Indonesia untuk menjaga nilai-nilai islam agar tidak ada penyimpangan.
Memasuki awal-awal kemerdekaan 1943 berdirinya MASYUMI sebagai organisasi islam yang tergabung didalamnya termaksud Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama. Selang beberapa tahun kemudian pada tahun 1945 ummat islam Indonesia dalam kongresnya yang ke 14 di Yogyakarta telah menyepakati beberapa hal.
Termasuk diantaranya ialah MASYUMI sebagai satu-satunya partai politik ummat islam dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) sebagai satu-satunya organisasi pemuda islam kala itu yang berdiri pada tahun 1945. Kesepakatan tersebut lahir atas insyaf dan sadar akan tanggung jawab ummat islam dalam memperjuangkan nilai-nilai islam di Indonesia.
Pada tahun 1949 ummat islam kemudian menggelar kongresnya yang ke 15 lalu menyepakati beberapa hal yakni Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) masuk dalam barisan mata rantai perjuangan ummat islam. Hal ini tentu menjadi satu kefokusan baru di usia negara yang terbilang mudah.
Sebagai gerakan islam yang meyakini islam izzul walmuslimin, peserta yang hadir dalam kongres persatuan ummat islam tersebut memutuskan bahwa hanya HMI organisasi yang lahir pada 5 Februari 1947 ialah satu-satunya organisasi mahasiswa islam. Kemudian ada organisasi PII yang lahir pada 4 Mei 1947 hanyalah satu-satunya organisasi pelajar islam. Kesepakatan ini berangkat dari sebuah harapan yang sangat besar, ini juga menunjukkan bukti bahwa ummat islam telah mencapai puncak persatuan yang luar biasa dalam sejarah perjuangan ummat islam.
Sebagai satu kesepakatan bersama yang dibagun atas dasar kepercayaan dan harapan orang banyak, gerbong mata rantai ummat islam yakni MASYUMI, GPII, HMI dan PII diharapkan menjadi kekuatan besar ummat islam. Saat itu masyumi telah mampu mengusai sisi pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, GPII juga telah melakukan berbagai gerakan yang berorientasi pada kepemudaan, begitu juga HMI dan PII yang mulai menyebar di berbagai wilayah ummat islam benar-benar berada pada puncak kejayaan saat itu.
Kesepakatan dan kejayaan ummat islam dalam perjalanan sejarahnya ternyata tidak bertahan lama. Pada tahun tahun berikutnya ke-empat organisasi ini kerap menghadapai berbagai macam tantangan dan masalah yang berujung pada percahan dalam tubuh internal empat organisasi.
Kesepakatan ummat islam yang diputuskan pada tanggal 20 Desember 1949 ialah sebagai bentuk kepedulian atas proses perjalanan panjang bangsa Indonesia, termotivasi pada semangat keislaman dan kebangsaan dalam konteks ini ummat islam menunjukkan keberpihakan dan konstribusi nyata atas Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tetapi pada akhirnya hal baik yang diberikan MASYUMI, GPII, HMI dan juga PII dikhianati oleh bangsanya sendiri, bagaimana tidak. Proses penyatuan untuk persatuan ummat islam dianggap sebagai kelompok yang buruk oleh rezim Soekarno yang berujung pada pembubaran secara paksa pada tahun 1960.
Tiga tahun berselang Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) turut dibubarkan, upaya pembubaran yang dilakukan oleh rezim sokarno bisa dibilang bentuk pembantaian secara konstruk, sebab pada dasarnya mata rantai ummat islam yang dibentuk berasaskan pada AL-Qur’an sebagai kiblat pejuangan dan harapan ummat islam dalam menjaga keutuhan nilai-nilai islam serta turut menjaga keutuhan Negara Indonesia.
Dengan dibubarkannya MASYUMI dan GPII berimpek pada gerakan Mahasiswa dan Pelajar yakni HMI dan PII. Tak sampai di situ saja, upaya pembubaran gerbong perjuangan ummat islam juga dilakukan kepada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) saat itu, sebagai adik dari golongan perjuangan tentu PII tidak tinggal diam, PII kembali memprotes aksi pembubaran HMI, GPII dan MASYUMI.
PII secara strukturan menyadari akan efek yang nanti dirasakan jika ketika organisasi dibubarkan. Hubungan PII, HMI dan Juga GPII layaknya adik dan kakak, begitu juga hubungan PII dan MASYUMI layaknya anak dan bapak, walaupun secara organisatoris ke-empat organisasi ini tidak ada hubungan namun ada kesenambungan antara sesama dalam misi perjuangan ummat islam di Indonesia, olehnya PII selalu melakukan aksi demontrasi atas pembubaran yang dilakukan terhadap ke-tiga organisasi tersebut.
Di tahun-tahun berikutnya PII layaknya hidup sebatang kara, berjuang tanpa ada GPII, HMI dan MASYUMI. Dimoment inilah PII yang bersifat organisasi pelajar memulai renungan panjang dalam berjuang, hal ini kemudian ditandai sebagai proses pendewasaan diri, yang artinya PII harus mampu beradaptasi dengan gaya perjuangannya sendiri dalam konteks ini PII mengambil bagian dari tanggung jawab GPII dan HMI.
Kalau sebelumnya PII berfokus menggalang semangat keislaman dan keindonesiaan pada tingkatan anak-anak SMA maka dalam proses pendewasaan diri inilah PII memulai perjuangannya dengan mengambil bagian pemuda juga mahasiswa.
Tanggung jawab baru, PII selalu menampilkan dirinya dalam gerakan seorang diri yang selalu memperjuangkan aspirasi politiknya sendiri, kedewasana ini selalu di uji dari tahun ke tahun. Selalu bertandang ke gelanggang meski seorang diri, tak peduli arti kesendirian dalam berjuang yang jelas semangat GPII, MASYUMI dan HMI selalu mewarisi di setiap pijakan PII berada.
Adanya Basis kepemudaan dan mahasiswa yang telah tersedia, PII terus-menerus menyampaikan aspirasi politiknya didepan pemerintahan hingga kelahiran orde baru.
Berorientasi pada pendidikan dan kebudayaan yang sesuai islam PII menujukan sikap kemandirian organisasi sebagai sebuah gerakan yang lahir atas keinsyafan dan melawan kejahatan negara, tentu PII telah banyak melewati berbagai masalah sejak berdirinya pada 4 Mei 1947.
Semangat perjuangan tak pernah redup meskipun gencatan senjata menembak beberapa kader saat melawan agresi militer dan gerakan 30 SPKI. PII selalu menjukkan dan percaya bahwa yang dilakukan selama ini hnya semata-mata karena Allah SWT. (QS : Muhammad Ayat 7).