Mendukung Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo hanya akan memperpanjang perseteruan antara Jokowi versus Megawati. Kalau Partai Gerindra menang, akan memperparah konflik Prabowo cs versus Jokowi. Begitu pula apabila Prabowo menang, mereka akan “buang ” Jokowi secara perlahan, karena Prabowo hanya butuh Jokowi sesaat.
Di sisi lain, Jokowi berharap anaknya, Gibran bisa menggantikan Prabowo (ketika terpilih menjadi Presiden) karena faktor usia dan kesehatan. Dengan demikian, Jokowi bisa berkuasa lagi di periode ketiga lewat Gibran. Ini berarti carut marut kekacauan politik akan kembali memanas selama 5 tahun.
Bagaimana jika memilih Ganjar? Memilih Ganjar hanya akan menciptakan matahari kembar, Ganjar versus Puan Maharani. Loyalitas partai bisa terbelah antara Megawati selaku Ketua Umum dengan Ganjar sebagai Presiden.
Megawati, tentunya tidak ingin kasus anak durhaka Jokowi akan terulang ke Ganjar. Megawati pastinya belajar banyak, mencari upaya menghadapi Ganjar agar tidak terulang kasus anak durhaka Jokowi.
Dari analisa ini, rakyat Indonesia harus jadi korban lagi. Rakyat menjadi korban atas permusuhan dan perseteruan elit politik demi ambisi kelompok golongan di antara para gajah. Visi, misi, dan agenda aksi hanyalah slogan tempelan untuk meraup suara rakyat.
Prabowo pernah keceplosan. Dia ingin berkuasa cuma untuk menambah aset kekayaan saja, sebagaimana disampaikannya dalam acara Mata Najwa. Di sisi lain, ada Jokowi yang berupaya ingin tetap mengangkangi kekuasaan Prabowo melalui Gibran, sekaligus sebagai perlindungan diri dari jerat hukum pasca lengser sebagai Presiden. Sedangkan Megawati dan PDI-P yang sudah merasa terkhianati Jokowi tentu tidak akan diam. Perseteruan dan dendam akan terus dibawa sampai mati seperti permusuhan abadi Megawati dengan SBY. Pertarungan para elit membuat rakyat jadi korban.
Ada pun Prabowo yang semula lawan Jokowi, malah sudah merasa lebih Jokowi ketimbang Jokowi sendiri. Narasi kampanye Prabowo tidak ada orisinalitas ide gagasan kecuali sekadar copy dan paste isi kepala Jokowi. Maka solusinya adalah AMIN, pilihan tepat sebagai jalan tengah bagi rakyat Indonesia untuk keluar dari jebakan gontok-gontokan para gajah elit politik (Mega, Jokowi, Prabowo).
Anies Baswedan, meski diusung Surya Paloh melalui Partai NasDem, tetapi relatif lebih bisa independen. Anies tidak terlalu tergantung ke Surya Paloh dan NasDem. Ide gagasan dan visi Anies lebih otentik ketimbang sekadar asal beda. Gagasan perubahan Anies lebih otentik dari awal ketimbang Ganjar dari yang semula prototipe Jokowi. Hanya karena Jokowi berpihak ke Prabowo, Ganjar sekarang sudah geser posisi dengan mulai mengkritik dan menyerang kebijakan Jokowi.
Sekali lagi Anies adalah jalan tengah untuk keluar dari carut marut perpolitikan nasional yang penuh dengan anomali, abnormalitas, pelanggaran konstitusi, menabrak etika kepatutan dan hukum, pelanggaran atas konflik kepentingan melalui politisasi lembaga yudisial demi ambisi politik Dinasti.
Abdul Aziz Muslim, Juru Bicara Menara Perubahan AMIN.